
Pakan ternak hewani merupakan pakan ternak yang lebih disukai pada waktu itu, bukan bungkil kedelai.
Pakan ternak dari sumber hewani lebih disukai bukan hanya karena sumber
protein yang terkandung di dalamnya, tapi juga karena merupakan pakan
yang kaya akan vitamin dan mineral. Perubahan pandangan terhadap bungkil kedelai
muncul pada permulaan perang dunia ke-2 dimana permintaan daging
meningkat, akan tetapi persediaan protein dari daging sangat terbatas.
Sehingga, fokus perhatian pada masa itu beralih ke bungkil kedelai
sebagai supplemen protein alternatif yang berpotensi bisa dikembangkan.
Ada beberapa faktor yang mebuat penggunaan serta permintaan bungkil kedelai meningkat pesat pada masa itu. Yang pertama adalah pesatnya pengembangan proses pengolahan bungkil kedelai untuk denaturasi kandungan tripsin di dalamnya. Kemudian, perkembangan sistem yang semakin mendukung dihasilkannya vitamin dari sintesis kimia dan fermentasi dalam bungkil kedelai. Faktor terakhir yang juga tidak kalah penting adalah, penemuan vitamin B12 pada tahun 1948, hal ini juga berkontribusi pada tingginya penggunaan bungkil kedelai dan di saat yang sama mengakhiri anggapan bahwa pakan ternak dan sumber protein hanya bisa didapatkan dari hewan tapi juga dari tumbuhan, seperti bungkil kedelai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar